Selamat Datang

Terima kasih atas kunjungan Anda ke blog PS Agroteknologi Faperta Undana. Untuk melihat album foto dan memberikan komentar, silahkan kunjungi Album PS Agroteknologi Faperta Undana. Dalam blog ini Anda dapat membaca tayangan artikel mengenai kegiatan PS Agroteknologi Faperta Undana.

Peta Lokasi
Lokasi PS Agroteknologi dalam Kampus Undana dipetakan dengan menggunakan layanan pemetaan online Google Maps. Silahkan klik Map, Sat, Ter atau Earth untuk melihat peta dalam mode peta biasa, satelit, topografi, atau muka bumi.


View PS Agroteknology in a larger map

Rabu, 27 Juni 2012

Menjelajah Alam Pulau Timor


Penulis tamu: I W. Mudita, dosen Minat Perlindungan Tanaman
Foto-foto pada slideshow di atas saya ambil setiap saat saya mendapat kesempatan melakukan perjalanan ke mana pun di NTT, khususnya di Timor Barat. Apa yang dapat kita saksikan adalah keindahan alam Pulau Timor. Namun di balik keindahan itu saya justeru merasakan "penderitaan".
Saya trenyuh menyaksikan bagaimana saudara-saudara kita di pedalaman hidup dalam serba kekurangan. Setiap tahun mereka hanya bisa membakar dan membakar untuk membuat ladang. Sedangkan kita di kota, dan lebih-lebih lagi kita yang menurut orang adalah kaum terpelajar, justeru seperti mencari jalan sendiri-sendiri. Siapa di antara kita yang membantu petani miskin di pedalaman dengan meneliti perladangan tebas bakar? Alih-alih meneliti, sebagian dari kita hanya bisa menyalahkan dengan mengatakan mereka sebagai perusak lingkungan. Sementara kita, sibuk mengejar penelitian untuk memperoleh paten yang notabene lebih menguntungkan mereka yang mampu daripada mereka yang terpinggirkan di pedalaman.

Dari melihat alam dan berbicara dengan  saudara kita yang terpinggirkan di pedalaman, saya menjadi mengerti bahwa pertanian bukan hanya sekedar teknologi. Pertanian adalah soal hubungan antara manusia dengan alam. Teknologi memang diperlukan, tetapi sebelum itu kita harus bisa memahami alam, petani, dan hubungan antara petani dengan alam. Tanpa pemahaman ini, terlalu naif bila kita bermimpi teknologi akan bisa membantu mereka yang terpinggirkan. Alih-alih membantu, teknologi justeru akan membuat mereka yang sudah terpinggirkan menjadi semakin terpinggirkan. Mereka memerlukan keberpihakan kita lebih daripada teknologi yang mampu kita berikan.

Saya berusaha mendengarkan keluh kesah mereka, para petani yang terpinggirkan di pedalaman, tetapi saya hanyalah seorang guru kecil. Saya membayangkan, kalau saja Jurusan Agroteknologi berkenan memfokuskan penelitian untuk meningkatkan produksi perladangan tebas bakar secara berkelanjutan. Kita memang terlanjur melabeli diri dengan teknologi, tetapi saya kira kita masih punya hati untuk merenungkan bahwa pertanian bukan sekedar teknologi. Mungkin kita tidak memperoleh sebanyak yang bisa kita peroleh dengan mengejar paten, tetapi kita bisa berbuat sesuatu bagi mereka yang benar-benar memerlukan uluran tangan kita.

Silahkan menyampaikan tanggapan terhadap tayangan artikel tamu ini dengan mengklik tautan komentar di bawah ini.

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima kasih atas keprihatinan penulis yang begitu jeli melihat keterbelakangan dan keterpurukan yang ada di masyarakat. Saya berharap supaya PS Agroteknologi tergugah untuk lebih menfokuskan penelitian pada saudara-saudara kita para petani di pedalaman yang selama ini terpinggirkan dan sangat terbelakang.

Anonim mengatakan...

Setuju sekali. PS Agroteknologi seharusnya lebih memfokuskan diri untuk mengembangkan perladangan. Peladang mungkin merusak hutan, tetapi pengusaha jauh lebih merusak ...

Anonim mengatakan...

Foto-fotonya bagus ... tapi sepertinya diambil pada musim kemarau sehingga semuanya tampak gersang ...

ForDASNTT mengatakan...

Setuju, Pak wayan.

kebiasaan membakar justru memiliki justifikasi yang kuat dari aspek kultural, teknik pengelolaan agroekosistem, dan ekonomis. Meniadakan kebiasaan membakar sama artinya kita menafikan ketiga justfikasi tadi. sama pula dengan ketika kita menyalahkan kebiasaan membakar. Paling tidak dari perspektif ekologi, yah... tanpa dibakar sekalipun maka agroekosistem savana / hutan sabana memang "memerlukan" api dalam batas resiliensinya.
meminjam istilah salah seorang peneliti, bahwa "membakar boleh, tetapi harus terkontrol".

PS Agroteknologi (saya lebih senang tetap membaginya sebagai PS Agronomi, IHPT dan Ilmu tanah) seharusnya menjadi tonggak garda terdepan untuk menyuarakan kesalah-kaprahan ini ditilik dari aspek keilmuan. Tapi, sayang kita nampaknya belum sampai pada titik tersebut.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar

Mohon dengan sangat hormat kepada Anda para pengunjung untuk berkenan menyampaikan komentar ...

 

Album Kegiatan

Untuk menampilkan foto, silahkan buka akun Flickr, Picasa web, atau Panoramio. Untuk membuat akun, silahkan klik link di atas. Untuk melihat contoh album, kunjungi gurukecil